Kali ini, saya akan mencoba membahas hal itu sesuai dengan agama Hindu dalam kacamata anak muda yang dalam hal ini adalah saya sendiri. Dan menurut berbagai sumber buku dan internet yang telah saya baca sebelumnya.
Kematian, dalam istilah awam adalah suatu keadaan dimana jiwa telah meninggalkan tubuhnya. Dalam dunia medis, hal ini dikarenakan sel tubuh tidak lagi memiliki energy ATP untuk metabolisme, sehingga kelamaan membentuk asam laktat yang akan menghancurkan sel itu sendiri. Menurut Hindu sendiri, manusia dapat hidup bila dirinya terdiri dari 3 hal, yaitu
- Stula sarira, yaitu badan kasar yang tampak, unsurnya adalah, tanah, air, api, udara, dan ether (ruang kosong)
- Atman, atau biasa kita sebut dengan jiwa, roh murni yang berasal dari Tuhan
- Badan rasa, yaitu tubuh yang berbentuk pikiran dan perasaan, atau biasa kita sebut watak seseorang, penggabungan dari badan kasar dan atman
Pada orang yang tidur, badan rasa bergerak bebas kemanapun dia suka, sedangkan jiwanya tetap berada dalam badan kasar, berbeda dengan orang meninggal dimana jiwa dan badan rasa sudah benar-benar meninggalkan badan kasarnya dan bergerak bebas. Namun sebelum Sang jiwa ini terbebas dari belenggu badan rasa, dia tidak akan kembali pada Penciptanya, meskipun badan kasarnya telah hancur lebur entah karena dikubur, ataupun di bakar.
Dalam sebuah situs yang saya baca, mengenai orbs, adalah bayangan putih yang tertangkap kamera dalam keadaan tertentu dan sering diyakini sebagai tanda munculnya makhluk halus dari dunia lain. Saya setuju dengan hal ini, sebagaimana sudah saya tulis tadi, selepas orang meninggal, maka jiwa dan badan rasa yang berbentuk abstrak ini akan bergerak bebas sesukanya, dan karena jiwa dan badan rasa ini memiliki energy, maka dalam keadaan tertentu memungkinkan untuk tertangkap kamera.
Maka dari itu, dalam Hindu selalu diadakan upacara ngaben. Yaitu mensucikan Sang Hyang Atma (Jiwa) dari ikatan badan rasa keduniawian. Sehingga diharapkan beliau yang telah meninggal benar-benar kembali pada penciptanya. Hal ini merupakan bentuk bhakti atau penghargaan dari keluarga yang masih hidup.
Sekian tulisan saya kali ini. Mohon kritik dan sarannya. Terima kasih :)
Daftar pustaka : Sumerta,Wayan Sudiati. Upacara Pitra Yajna. 2006. Surabaya. Paramita